Kisah Segelas Susu, Sebuah Kisah di Bulan Sya'ban

Minggu, 20 Januari 2013


Aku baru saja membaca buku yang menurutku cukup bagus. Aku meminjamnya dari salah satu adik kelasku (dek azza, terima kasih bukunya).  Judulnya adalah 12 Bulan yang Diberkahi Allah. Buku ini berisi tentang rahasia, amalan, hikmah serta kisah-kisah yang terdapat di 12 bulan dalam tahun Hijriyah. Kisah ini memuat pesan yang nungkin sering kita dengar, bahwa sebuah kebaikan pasti akan dibalas dengan kebaikan pula, bahkan lebih. Ini dia kisahnya.
                Seorang anak miskin berjualan asongan dari rumah ke rumah untuk membiayai sekolahnya. Suatu hari, ia merasakan lapar yang tiada tertahankan. Maka, ia memutuskan meminta makan di rumah berikutnya. Namun, ia segera kehilangan keberanian ketika seorang gadis cantik telah membuka pintu yang diketuknya. Sebagai gantinya ia minta air saja. Namun, gadis itu melihat bahwa si anak kecil tampak kelaparan, ia lalu membawakannya segelas besar susu. Anak itu pun meminumnya perlahan-lahan
                “Berapa harus kubayar segelas susu ini?”
                Si gadis menjawab, “Kau tidak harus membayar apa-apa. Ibu melarangku menerima pembayaran atas kebaikan yang kulakukan.”
                “Bila demikian, kuucapkan terima kasih dari lubuk hatiku,” ucap si anak asongan, tulus.
                Beberapa tahun kemudian gadis itu menderita sakit parah. Para dokter setempat kebingungan sewaktu mendiagnosis penyakitnya. Merka lalu mengirimnya ke kota besar  dan mengundang beberapa dokter ahli untuk mempelajari penyakit langka si gadis. Akhirnya, dipanggillah seorang dokter ahli ke ruang konsultasi untuk dimintai pendapat. Ternyata dokter itu adalah anak kecil yang dulu diberi segelas susu.
                Dalam hari sang dokter, ia bertekad membantu dan menyelamatkan nyawa gadis itu. Sejak hari itu pula, sang dokter memberikan perhatian khusus kepada si pasien. Setelah dirawat cukup lama, akhirnya si pasien dapat disembuhkan. Sang dokter meminta kepada bagian keuangan agar tagihan rumah sakit diajukan kepadanya dahulu untuk disetujui., sebelum diserahkan kepada si pasien. Nota tagihan pun kemudian dikirimkan ke ruang kerja sang dokter. Ia mengamati sejenak nota tagihan itu lalu menuliskan sesuatu di pinggirnya. Nota tagihan itu kemudian dikirimkan ke kamar pasien.
                Si pasien takut membuka amplop nota tagihan karena yakin bahwa untuk dapat melunasinya ia harus menghabiskan sisa umurnya. Akhirnya tagihan itu dibuka dan pandangannya segera tertuju pada tulisan di pinggir tagihan itu: Telah terbayar lunas dengan segelas susu.
                Air mata bahagia lalu membanjiri mata si pasien. Ia berkata dalam hati, “Terima kasih Allah, cinta-Mu telah tersebar luas lewat hati dan tagihan manusia.”

0 komentar:

Posting Komentar